9.1 Mengubah Infrensi order pertama menjadi infrensi
proposisi
Representasi 4 kategori silogisme menggunakan logika
predikat
- Contohnya : Misal, φ merupakan fungsi proposisi :
- Contoh lain : (∀ x) H(x)
Kaidah Universal Instatiation merupakan state dasar, dimana suatu individual dapat digantikan
(disubsitusi) ke dalam sifat universal
(∀ x) φ(x)
∴ φ(a)
merupakan bentuk yang valid, dimana a menunjukkan
spesifik individual, sedangkan x adalah suatu variabel yang berada dalam jangkauan semua individu.
∴ H(Socrates)
Berikut ini adalah contoh pembuktian formal silogisme
All men are mortal
Socrates is a man
Therefore, Socrates is mortal
Misal : H = man, M = mortal, s = Socrates
1. (∀
x) (H (x) -> M(x))
2. H(s) / ∴ M(s)
3. H(s) -> M(s) 1 Universal
Instatiation
4. M(s) 2,3 Modus
Ponens
9.2 Unifikasi
SUMBER : https://www.academia.edu/9763118/Metode_Inferensi_1_54_Pengantar_Kecerdasan_Buatan_AK045218
http://portal.survey.ntua.gr/main/labs/rsens/DeCETI/IRIT/GEODES/node18.html
http://danatheark.blogspot.co.id/2016/12/inferensi-dalam-logika-order-pertama_31.html
http://gofagofaa.blogspot.co.id/2016/12/inferensi-dalam-logika-order-pertama.html
9.2 Unifikasi
Unifikasi adalah usaha untuk mencoba membuat dua ekspresi
menjadi identik (mempersatukan keduanya) dengan mencari substitusi-substitusi
tertentu untuk mengikuti peubah-peubah dalam ekspresi mereka tersebut.
Unifikasi merupakan suatu prosedur sistematik untuk memperoleh peubah-peubah
instan dalam wffs. Ketika nilai kebenaran predikat adalah sebuah fungsi dari
nilai-nilai yang diasumsikan dengan argumen mereka, keinstanan terkontrol dari
nilai-nilai selanjutnya yang menyediakan cara memvalidasi nilai-nilai kebenaran
pernyataan yang berisi predikat. Unifikasi merupakan dasar atas kebanyakan
strategi inferensi dalam Kecerdasan Buatan. Sedangkan dasar dari unifikasi
adalah substitusi.
Suatu substitusi (substitution) adalah suatu himpunan
penetapan istilah-istilah kepada peubah, tanpa ada peubah yang ditetapkan lebih
dari satu istilah. Sebagai pengetahuan jantung dari eksekusi Prolog, adalah
mekanisme unifikasi.
Aturan-aturan unifikasi :
- Dua atom (konstanta atau peubah) adalah identik.
- Dua daftar identik, atau ekspresi dikonversi ke dalam satu buah daftar.
- Sebuah konstanta dan satu peubah terikat dipersatukan, sehingga peubah menjadi terikat kepada konstanta.
- Sebuah peubah tak terikat diperssatukan dengan sebuah peubah terikat.
- Sebuah peubah terikat dipersatukan dengan sebuah konstanta jika pengikatan pada peubah terikat dengan konstanta tidak ada konflik.
- Dua peubah tidak terikat disatukan. Jika peubah yang satu lainnya menjadi terikat dalam upa-urutan langkah unifikasi, yang lainnya juga menjadi terikat ke atom yang sama (peubah atau konstanta).
- Dua peubah terikat disatukan jika keduanya terikat (mungkin melalui pengikatan tengah) ke atom yang sama (peubah atau konstanta)
9.3 Generalized Modus Ponens (GMP)
Dalam logika Boolean, dengan aturan `` JIKA X adalah A THEN
Y adalah B '', proposisi X adalah A harus diamati untuk mempertimbangkan
proposisi Y adalah B.
Dalam logika fuzzy, proposisi `` X adalah A' '', Dekat
dengan premis `` X adalah A '' dapat diamati untuk memberikan kesimpulan `` Y
adalah B' '' Dekat dengan kesimpulan `` Y adalah B '' .
Sebuah inferensi fuzzy sederhana dapat direpresentasikan
sebagai:
Aturan : JIKA X adalah A THEN Y adalah B
Fakta : X adalah A'
Kesimpulan : Y adalah B'
Untuk menyimpulkan seperti inferensi fuzzy kita menggunakan
mekanisme yang disebut umum modus ponens. Di sini, kita menggunakan salah satu
berdasarkan implikasi fuzzy Brouwer-Gödel diungkapkan oleh :
Catatan : Asumsikan -> operator implikasi Brouwer-Gödel
dan o operator kombinasi, rumus dapat dinyatakan dengan B' = A'o(A-->B) yang
kita gunakan sekarang untuk menyederhanakan notasi.
9.4 Rangkaian Forward & Backward
- Forward Chaining
Forward chaining merupakan metode inferensi yang melakukan penalaran dari suatu masalah kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan situasi (bernilai TRUE), maka proses akan menyatakan konklusi. Forward chaining adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi diperoleh. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak dalam, maka gunakan forward chaining.
Contoh :
Terdapat 10 aturan yang tersimpan dalam basis pengetahuan yaitu :
R1 : if A and B then C
R2 : if C then D
R3 : if A and E then F
R4 : if A then G
R5 : if F and G then D
R6 : if G and E then H
R7 : if C and H then I
R8 : if I and A then J
R9 : if G then J
R10 : if J then K
Fakta awal yang diberikan hanya A dan E, ingin membuktikan apakah K bernilai benar. Proses penalaran forward chaining terlihat pada gambar dibawah :
- Backward Chaining
Menggunakan pendekatan goal-driven, dimulai dari harapan apa yang akan terjadi (hipotesis) dan kemudian mencari bukti yang mendukung (atau berlawanan) dengan harapan kita. Sering hal ini memerlukan perumusan dan pengujian hipotesis sementara. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang sempit dan cukup dalam, maka gunakan backward chaining.
Contoh :
Seperti pada contoh forward chining, terdapat 10 aturan yang sama pada basis pengetahuan dan fakta awal yang diberikan hanya A dan E. ingin membuktikan apakah K bernilai benar. Proses penalaran backward chaining terlihat pada gambar berikut :
SUMBER : https://www.academia.edu/9763118/Metode_Inferensi_1_54_Pengantar_Kecerdasan_Buatan_AK045218
http://portal.survey.ntua.gr/main/labs/rsens/DeCETI/IRIT/GEODES/node18.html
http://danatheark.blogspot.co.id/2016/12/inferensi-dalam-logika-order-pertama_31.html
http://gofagofaa.blogspot.co.id/2016/12/inferensi-dalam-logika-order-pertama.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar